Politik    Sosial    Budaya    Ekonomi    Wisata    Hiburan    Sepakbola    Kuliner    Film   
Home » » sejarah rawa onom didaerah banjar cibungur

sejarah rawa onom didaerah banjar cibungur

Posted by paguyuban urang ciamis on Friday, May 4, 2012

ONOM adalah sebangsa makhluk halus,
berpusat di areal sebuah rawa seluas 947 ha, Rawa Onom
namanya.
Orang tak boleh gegabah membicarakannya sebab selalu
saja ada akibatnya. Begitu
kata penduduk Banjar, Ciamis.
ONOM itu sebangsa makhluk halus. Orang
Banjar, Kabupaten Ciamis,
menyebutnya sebagai siluman.

Siluman punya arti tersendiri untuk sebutan kelompok
makhluk halus. Kata Sanusi (50) penduduk Purwaharja,
siluman dikenakan kepada makhluk halus yang dulunya
berujud manusia biasa. Namun karena “Ngahiang”
(menghilang), dan menjadi makhluk halus, maka disebutnya
sebagai siluman.

Kata Sanusi lagi, sampai dengan tahun 1942 wilayah Kecamatan
Purwaharja ini dikenal sebagai Kampung Siluman. Mengapa
disebut begitu, sebab orang mengganggap bahwa kampung
itu masuk areal atau wilayah kekuasaan bangsa onom.

Bangsa onom konon punya kerajaan, Pulo Majeti namanya.
Hingga kini, wilayah bernama Pulo Majeti masih tetap
ada dan hingga kini pula, banyak diziarahi orang yang
datang dari mana-mana, hingga dari luar Pulau Jawa.

“Bagi mata biasa, Pulo Majeti hanya berupa gugusan
pulau kecil di tengah rawa bernama Rawa Onom, seluas
947 ha. Namun bagi orang-orang tertentu, itu adalah
sebuah kerajaan,” tutur Mamun (50)masih penduduk
sekitar situ.

Jurukunci Pulo Majeti, Bapak Omod mengabarkan bahwa
yang berkuasa di Kerajaan Pulo Majeti adalah Prabu Selang
Kuning. Istrinya bernama Ratu Gandawati. Dia punya aparat,
yaitu Patih Kalintu dan abdi dalemnya adalah Mas Bugel,Ki
Bedegel,Ki Rimpung dan Mas Jemblung. Setiap saat mereka
berada di sana dan setiap saat mereka melayani permintaan

para peziarah.
Sungguh menakjubkan. Sekarang abad 21 di mana dunia
tengah menghadapi era teknologi canggih. Namun demikian,
kepercayaan akan dunia lain masih tetap dipertahankan.
Contohnya kekuatan Rawa Onom dan Pulo Majeti ini.

Maka banyaklah orang berziarah dan bertapa di sana untuk
minta berkah, seperti ingin diluluskan segala cita-citanya,
ingin dapat jodoh, dapat kerjaan, sampai kepada ingin
anak lulus ujian.

“Tapi berziarah ke Pulo Majeti segalanya harus
serius dan harus dilakukan dengan tertib dan sopan.
Kalau ada tindak kesombongan diperlihatkan di sini,
alamat akan ada risikonya!” tutur juru kunci.

Demikian pula yang diakui oleh beberapa penziarah. Pernah
ada yang datang namun tak percaya atas keberadaan hal-hal
gaib Pulo Majeti. Maka mendadak sontak keanehan diperlihatkan.
Pernah seseorang terkencing-kencing lari sebab katanya
ada binatang aneh mengejar-ngejar terus. Sementara peziarah
lain hanya menatap

terbengong-bengong sebab apa yang ditakuti orang itu,
malah tak terlihat oleh orang lain.

Suatu malam buta, tiba-tiba hujan turun dengan deras,
disertai kilat menyambar-nyambar. Namun selang beberapa
lama kemudian, hujan berhenti dan seluruh pakaian pengunjung
mendadak kering seperti tak pernah terguyur air sebelumnya.
Dihormati penguasa

Kerajaan Bangsa Onom di Pulo Majeti yang dirajai oleh
Prabu Selang Kuning ini, kono dihormati pula oleh aparat
pemda Kabupaten Ciamis. Percaya atau tidak, beberapa
waktu yang lalu, bila di pemda akan mengadakan perayaan
apa saja, seperti HUT Kabupaten atau HUT-RI misalnya,
maka dari berbagai kalangan yang diundang, bangsa onom
pun diundang pula.

Sampai dengan dekade 1980-an bahkan pada acara-acara
perayaan khusus, panitia pernah menyiapkan sebuah kuda
yang sudah dihias.
Kuda itu dibawa karnaval dalam keadaan kosong, artinya
tanpa penunggang. Namun aneh, kuda itu ngosngosan seperti
membawa beban berat. Konon, sebenarnya kuda itu ditunggangi
oleh bangsa onom.

Di lingkungan pendopo juga, suka disediakan sebuah kamar
khusus buat “undangan khusus” ini. Di dalam
kamar itu sudah dipersiapkan berbagai penganan dan juga
pakaian baik pakaian untuk pria maupun untuk wanita.
Kata orang tua pengatur tata-cara ini, bila ada hal-hal
aneh, maka siapa pun jangan sekali-kali menggubrisnya.

Namun suatu kali ada seorang istri pejabat yang ngomongin
seorang tamu. Katanya ada tamu perempuan, kerjanya makan
melulu. Tak lama sesudah itu, bibir istri pejabat bengkak
mendadak. Dan penyakit bengkak sembuh mendadak setelah
orang tua dari panitia minta maaf atas kelancangan berbicara.

Namun seiring dengan perjalanan waktu, seiring pula
dengan peningkatan wawasan keagamaan, upacara-upacara
seperti ini sudah tak dilakukan di pendopo Kabupaten
Ciamis.
Pemberontak

Prabu Selang Kuning, penguasa Kerajaan Pulo Majeti ini,
dulunya manusia biasa juga. Dia adalah patih kepercayaan
Kerajaan Galuh.

Oleh raja diperintah membangun wilayah baru di daerah
Pulo Majeti. Patih lancang Kuning menerima perintah
ini sebaik-baiknya sehingga di Pulo Majeti yang semula
rawa, berubah menjadi istana hebat.

Namun Selang Kuning tak mau menyerahkan hasil karyanya
kepada rajanya, melainkan dia mengangkat dirinya sendiri
menjadi penguasa Kerajaan Pulo Majeti.
Untuk menghindarkan percekcokan dengan dengan Kerajaan
Galuh, maka Prabu Selang Kuning mengajak seluruh rakyatnya
pindah ke alam lain. Itulah bangsa onom.

sumber:http://durachman.wordpress.com

SHARE :
CB Blogger

Post a Comment

 
Copyright © 2014 paguyuban urang ciamis. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by Creating Website and CB Blogger