Politik    Sosial    Budaya    Ekonomi    Wisata    Hiburan    Sepakbola    Kuliner    Film   

Situ Patengan Bandung

Situ Patengan, berasal dari bahasa Sunda, “Pateangan-teangan” yang artinya saling mencari. Dikisahkan dulu ada sepasang sejoli yaitu Ki Santang dan Dewi Rengganis yang saling mencintai. Mereka berpisah sekian lamanya, dan saling mencari. Akhirnya mereka bertemu di tempat yang dinamakan Batu Cinta. Dewi Rengganis pun minta dibuatkan danau dan sebuah perahu untuk berlayar bersama. Perahu inilah yang sampai sekarang menjadi sebuah pulau yang berbentuk hati (pulau Asmara/pulau Sasaka).

Batu Cinta di Pulau AsmaraKonon kabarnya, untuk pasangan yang mengelilingi pulau Asmara dan singgah ke batu Cinta akan mendapatkan cinta abadi seperti pasangan tersebut. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, kami pun menyewa perahu dan memutari pulau dan singgah ke batu Cinta. Di perjalanan, tukang perahu tersebut menceritakan pula bahwa pulau Asmara tersebut angker, dan hanya boleh disinggahi oleh pengunjung jika sudah mendapat ijin dan ditemani oleh sang juru kunci
Situ Patengan  Bandung
Sumber artikel : disini
Foto lain :
Prahu yang dapat disewa untuk mengitari Pulau Cinta

Situ Patengan dilihat dari sekeliling kebun teh yang terhampar luas

Pemandangan Situ Patengan

Monumen Situ Patengan di depan pintu gerbang

Keasrian Situ Patengan

Warung Buah disekitar Situ Patengan

Situ Patengan

sejarah kota ciamis

 sejara kota ciamis
Menurut sejarawan W.J Van der Meulen, Pusat Asli Daerah (kerajaan) Galuh, yaitu disekitar Kawali (Kabupaten Ciamis sekarang). Selanjutnya W.J Van der Meulen berpendapat bahwa kata "galuh", berasal dari kata "sakaloh" berarti "dari sungai asalnya", dan dalam lidah Banyumas menjadi "segaluh". Dalam Bahasa Sansekerta, kata "galu" menunjukkan sejenis permata, dan juga biasa dipergunakan untuk menyebut puteri raja (yang sedang memerintah) dan belum menikah.

Sebagaimana riwayat kota-kabupaten lain di Jawa Barat, sumber-sumber yang menceritakan asal-usul suatu daerah pada umumnya tergolong historiografi tradisional yang mengandung unsur-unsur mitos, dongeng atau legenda disamping unsur yang bersifat historis. Naskah-naskah ini antara lain Carios Wiwitan Raja-raja di Pulo Jawa, Wawacan Sajarah Galuh, dan juga naskah Sejarah Galuh bareng Galunggung, Ciung Wanara, Carita Waruga Guru, Sajarah Bogor. Naskah-naskah ini umumnya ditulis pada abad ke-18 hingga abad ke-19. Adapula naskah-naskah yang sezaman atau lebih mendekati zaman Kerajaan Galuh. Naskah-naskah tersebut, diantaranya Sanghyang Siksakanda ‘Ng Karesian, ditulis tahun 1518, ketika Kerajaan Sunda masih ada dan Carita Parahyangan, ditulis tahun 1580.

Berdirinya Galuh sebagai kerajaan, menurut naskah-naskah kelompok pertama tidak terlepas dari tokoh Ratu Galuh sebagai Ratu Pertama. Dalam laporan yang ditulis Tim Peneliti Sejarah Galuh (1972), terdapat berbagai nama kerajaan sebagai berikut: Kerajaan Galuh Sindula (menurut sumber lain, Kerajaan Bojong Galuh) yang berlokasi di Lakbok dan beribukota Medang Gili (tahun 78 Masehi?); Kerajaan Galuh Rahyang berlokasi di Brebes dengan ibukota Medang Pangramesan; Galuh Kalangon berlokasi di Roban beribukota Medang Pangramesan; Galuh Lalean berlokasi di Cilacap beribukota di Medang Kamulan; Galuh Pataruman berlokasi di Banjarsari beribukota Banjar Pataruman; Galuh Kalingga berlokasi di Bojong beribukota Karangkamulyan; Galuh Tanduran berlokasi di Pananjung beribukota Bagolo; Galuh Kumara berlokasi di Tegal beribukota di Medangkamulyan; Galuh Pakuan beribukota di Kawali; Pajajaran berlokasi di Bogor beribukota Pakuan; Galuh Pataka berlokasi di Nanggalacah beribukota Pataka; Kabupaten Galuh Nagara Tengah berlokasi di Cineam beribukota Bojonglopang kemudian Gunungtanjung; Kabupaten Galuh Imbanagara berlokasi di Barunay (Pabuaran) beribukota di Imbanagara dan Kabupaten Galuh berlokasi di Cibatu beribukota di Ciamis (sejak tahun 1812).

Untuk penelitian secara historis, kapan Kerajaan Galuh didirikan, dapat dilacak dari sumber-sumber sezaman berupa prasasti. Ada prasasti yang memuat nama "Galuh", meskipun nama tanpa disertai penjelasan tentang lokasi dan waktunya. Dalam prasasti berangka tahun 910, Raja Balitung disebut sebagai "Rakai Galuh". Dalam Prasasti Siman berangka tahun 943, disebutkan bahwa "kadatwan rahyangta I mdang I bhumi mataram ingwatu galuh". Kemudian dalam sebuah Piagam Calcutta disebutkan bahwa para musuh penyerang Airlangga lari ke Galuh dan Barat, mereka dimusnahkan pada tahun 1031 Masehi. Dalam beberapa prasasti di Jawa Timur dan dalam Kitab Pararaton (diperkirakan ditulis pada abad ke-15), disebutkan sebuah tempat bernama "Hujung Galuh" yang terletak di tepi sungai Brantas. Nama Galuh sebagai ibukota disebut berkali-kali dalam naskah sebuah prasasti berangka tahun 732, ditemukan di halaman Percandian Gunung Wukir di Dukuh Canggal

 (dekat Muntilan sekarang).
Pada bagian carita Parahyangan, disebutkan bahwa Prabu Maharaja berkedudukan di Kawali. Setelah menjadi raja selama tujuh tahun, pergi ke Jawa terjadilah perang di Majapahit. Dari sumber lain diketahui bahwa Prabu Hayam Wuruk, yang baru naik tahta pada tahun 1350, meminta Puteri Prabu Maharaja untuk menjadi isterinya. Hanya saja, konon, Patih Gajah Mada menghendaki Puteri itu menjadi upeti. Raja Sunda tidak menerima sikap arogan Majapahit ini dan memilih berperang hingga gugur dalam peperangan di Bubat. Puteranya yang bernama Niskala Wastu Kancana waktu itu masih kecil. Oleh karena itu kerajaan dipegang Hyang Bunisora beberapa waktu sebelum akhirnya diserahkan kepada Niskala Wastu Kancana ketika sudah dewasa. Keterangan mengenai Niskala Wastu Kancana, dapat diperjelas dengan bukti berupa Prasasti Kawali dan Prasasti Batutulis serta Kebantenan.

Pada tahun 1595, Galuh jatuh ke tangan Senapati dari Mataram. Invasi Mataram ke Galuh semakin diperkuat pada masa Sultan Agung. Penguasa Galuh, Adipati Panaekan, diangkat menjadi Wedana Mataram dan cacah sebanyak 960 orang. Ketika Mataram merencanakan serangan terhadap VOC di Batavia pada tahun 1628, massa Mataram di Priangan bersilang pendapat. Rangga Gempol I dari Sumedang misalnya, menginginkan pertahanan diperkuat dahulu, sedangkan Dipati Ukur dari Tatar Ukur, menginginkan serangan segera dilakukan. Pertentangan terjadi juga di Galuh antara Adipati Panaekan dengan adik iparnya Dipati Kertabumi, Bupati di Bojonglopang, anak Prabu Dimuntur keturunan Geusan Ulun dari Sumedang. Dalam perselisihan tersebut Adipati Panaekan terbunuh tahun 1625. Ia kemudian diganti puteranya Mas Dipati Imbanagara yang berkedudukan di Garatengah (Cineam sekarang).

Pada masa Dipati Imbanagara, ibukota Kabupaten Galuh dipindahkan dari Garatengah (Cineam) ke Calingcing. Tetapi tidak lama kemudian dipindahkan ke Bendanagara (Panyingkiran). Pada Tahun 1693, Bupati Sutadinata diangkat VOC sebagai Bupati Galuh menggantikan Angganaya. Pada tahun 1706, ia digantikan pula oleh Kusumadinata I (1706-1727).

Pada pertengahan abad ke-19, yaitu pada masa pemerintahan R.A.A. Kusumadiningrat menjadi Bupati Galuh, pemerintah kolonial sedang giat-giatnya melaksanakan tanam paksa. Rakyat yang ada di Wilayah Galuh, disamping dipaksa menanam kopi juga menanam nila. Untuk meringankan beban yang harus ditanggung rakyat, R.A.A. Kusumadiningrat yang dikenal sebagai "Kangjeng Perbu" oleh rakyatnya, membangun saluran air dan dam-dam untuk mengairi daerah pesawahan. Sejak Tahun 1853, Kangjeng Perbu tinggal di kediaman yang dinamai Keraton Selagangga.

Antara tahun 1859-1877, dilakukan pembangunan gedung di ibu kota kabupaten. Disamping itu perhatiannya terhadap pendidikan pun sangat besar pula. Kangjeng Perbu memerintah hingga tahun 1886, dan jabatannya diwariskan kepada puteranya yaitu Raden Adipati Aria Kusumasubrata.
Pada tahun 1915, Kabupaten Galuh dimasukkan ke Keresidenan Priangan, dan secara resmi namanya diganti menjadi Kabupaten Ciamis. 
Sumber: Nina H. Lubis, Sejarah Kota-kota Lama di Jawa Barat, tahun 2000. 

sejarah rawa onom didaerah banjar cibungur

ONOM adalah sebangsa makhluk halus,
berpusat di areal sebuah rawa seluas 947 ha, Rawa Onom
namanya.
Orang tak boleh gegabah membicarakannya sebab selalu
saja ada akibatnya. Begitu
kata penduduk Banjar, Ciamis.
ONOM itu sebangsa makhluk halus. Orang
Banjar, Kabupaten Ciamis,
menyebutnya sebagai siluman.

Siluman punya arti tersendiri untuk sebutan kelompok
makhluk halus. Kata Sanusi (50) penduduk Purwaharja,
siluman dikenakan kepada makhluk halus yang dulunya
berujud manusia biasa. Namun karena “Ngahiang”
(menghilang), dan menjadi makhluk halus, maka disebutnya
sebagai siluman.

Kata Sanusi lagi, sampai dengan tahun 1942 wilayah Kecamatan
Purwaharja ini dikenal sebagai Kampung Siluman. Mengapa
disebut begitu, sebab orang mengganggap bahwa kampung
itu masuk areal atau wilayah kekuasaan bangsa onom.

Bangsa onom konon punya kerajaan, Pulo Majeti namanya.
Hingga kini, wilayah bernama Pulo Majeti masih tetap
ada dan hingga kini pula, banyak diziarahi orang yang
datang dari mana-mana, hingga dari luar Pulau Jawa.

“Bagi mata biasa, Pulo Majeti hanya berupa gugusan
pulau kecil di tengah rawa bernama Rawa Onom, seluas
947 ha. Namun bagi orang-orang tertentu, itu adalah
sebuah kerajaan,” tutur Mamun (50)masih penduduk
sekitar situ.

Jurukunci Pulo Majeti, Bapak Omod mengabarkan bahwa
yang berkuasa di Kerajaan Pulo Majeti adalah Prabu Selang
Kuning. Istrinya bernama Ratu Gandawati. Dia punya aparat,
yaitu Patih Kalintu dan abdi dalemnya adalah Mas Bugel,Ki
Bedegel,Ki Rimpung dan Mas Jemblung. Setiap saat mereka
berada di sana dan setiap saat mereka melayani permintaan

para peziarah.
Sungguh menakjubkan. Sekarang abad 21 di mana dunia
tengah menghadapi era teknologi canggih. Namun demikian,
kepercayaan akan dunia lain masih tetap dipertahankan.
Contohnya kekuatan Rawa Onom dan Pulo Majeti ini.

Maka banyaklah orang berziarah dan bertapa di sana untuk
minta berkah, seperti ingin diluluskan segala cita-citanya,
ingin dapat jodoh, dapat kerjaan, sampai kepada ingin
anak lulus ujian.

“Tapi berziarah ke Pulo Majeti segalanya harus
serius dan harus dilakukan dengan tertib dan sopan.
Kalau ada tindak kesombongan diperlihatkan di sini,
alamat akan ada risikonya!” tutur juru kunci.

Demikian pula yang diakui oleh beberapa penziarah. Pernah
ada yang datang namun tak percaya atas keberadaan hal-hal
gaib Pulo Majeti. Maka mendadak sontak keanehan diperlihatkan.
Pernah seseorang terkencing-kencing lari sebab katanya
ada binatang aneh mengejar-ngejar terus. Sementara peziarah
lain hanya menatap

terbengong-bengong sebab apa yang ditakuti orang itu,
malah tak terlihat oleh orang lain.

Suatu malam buta, tiba-tiba hujan turun dengan deras,
disertai kilat menyambar-nyambar. Namun selang beberapa
lama kemudian, hujan berhenti dan seluruh pakaian pengunjung
mendadak kering seperti tak pernah terguyur air sebelumnya.
Dihormati penguasa

Kerajaan Bangsa Onom di Pulo Majeti yang dirajai oleh
Prabu Selang Kuning ini, kono dihormati pula oleh aparat
pemda Kabupaten Ciamis. Percaya atau tidak, beberapa
waktu yang lalu, bila di pemda akan mengadakan perayaan
apa saja, seperti HUT Kabupaten atau HUT-RI misalnya,
maka dari berbagai kalangan yang diundang, bangsa onom
pun diundang pula.

Sampai dengan dekade 1980-an bahkan pada acara-acara
perayaan khusus, panitia pernah menyiapkan sebuah kuda
yang sudah dihias.
Kuda itu dibawa karnaval dalam keadaan kosong, artinya
tanpa penunggang. Namun aneh, kuda itu ngosngosan seperti
membawa beban berat. Konon, sebenarnya kuda itu ditunggangi
oleh bangsa onom.

Di lingkungan pendopo juga, suka disediakan sebuah kamar
khusus buat “undangan khusus” ini. Di dalam
kamar itu sudah dipersiapkan berbagai penganan dan juga
pakaian baik pakaian untuk pria maupun untuk wanita.
Kata orang tua pengatur tata-cara ini, bila ada hal-hal
aneh, maka siapa pun jangan sekali-kali menggubrisnya.

Namun suatu kali ada seorang istri pejabat yang ngomongin
seorang tamu. Katanya ada tamu perempuan, kerjanya makan
melulu. Tak lama sesudah itu, bibir istri pejabat bengkak
mendadak. Dan penyakit bengkak sembuh mendadak setelah
orang tua dari panitia minta maaf atas kelancangan berbicara.

Namun seiring dengan perjalanan waktu, seiring pula
dengan peningkatan wawasan keagamaan, upacara-upacara
seperti ini sudah tak dilakukan di pendopo Kabupaten
Ciamis.
Pemberontak

Prabu Selang Kuning, penguasa Kerajaan Pulo Majeti ini,
dulunya manusia biasa juga. Dia adalah patih kepercayaan
Kerajaan Galuh.

Oleh raja diperintah membangun wilayah baru di daerah
Pulo Majeti. Patih lancang Kuning menerima perintah
ini sebaik-baiknya sehingga di Pulo Majeti yang semula
rawa, berubah menjadi istana hebat.

Namun Selang Kuning tak mau menyerahkan hasil karyanya
kepada rajanya, melainkan dia mengangkat dirinya sendiri
menjadi penguasa Kerajaan Pulo Majeti.
Untuk menghindarkan percekcokan dengan dengan Kerajaan
Galuh, maka Prabu Selang Kuning mengajak seluruh rakyatnya
pindah ke alam lain. Itulah bangsa onom.

sumber:http://durachman.wordpress.com

link

kamus bahasa sunda

Abu = Kekebul
Abu Rokok = Calacah
Ada = Aya
Adalah = Nyaeta
Adik = Rai, Adi, Pun Adi
Air = Cai
Ajar = Wuruk, Atik ; Belajar = Diajar ; Ajaran = Wurukan, Atikan
Akan = Bade, Arek
Akan = Bakal
Alis = Halis
Alis = Halis = Kening
Anak = Budak, Murangkalih
Anak Adik = Suan
Anak Kakak = Alo
Anak Kecil = Budak Leutik, Murangkalih
Aneh = Aheng
Angsa = Soang
An-jing = Gogog
Apa = Naon ; Mau Apa = Bade Naon, Erek Naon
Api = Seuneu
Asam = Haseum, Asem (Benda)
Asin = Asin
Asin Sekali = Molelel
Atas = Luhur
Ayam = Hayam

B
Ba-bi hutan = Bagong
Badan = Awak, Waragad
Bagian = Bagean
Bagus = Sae, Alus
Bahagia = bagja
Bahu = Taraju, Pundak, Taktak
Baju = Raksukan, Anggoan, Acuk
Ballpoin = Pulpen
Bambu = Awi/Haur
Bangun Tidur = Gugah, Hudang (bahasa kasar)
Bantu = Bantos ; Bantuan = Bantosan ; Membantu = Ngabantos, Ngabantuan
Bapak = Pun Bapa, Tuang Rama
Baru = anyar
Barusan = Nembe, Bieu, Karek Bieu
Batas = Wates
Batu = Batu
Batu Kapur = Apu
Bawah = Handap
Bayangan = Sawangan
Bayang-bayang = Kalangkang
Bayi = Orok
Bebek = Entog
Begitukah = Baruk
Bekas = Tilas, Urut
Belakang = Pengker, Tukang
Belalang = Simeut
Belalang Sembah = Congcorang
Benar = Leres, Bener
Beol = E’e', Miceun, Modol
Berangkat = Mios, Angkat, Indit
Berapa = Sabaraha
Berapi-api = Nyeuneu
Berasal dari mana = Kawit timana / kawit timanten
Berbinar-binar (mata) = Cureuleuk
Berdasarkan = Dumasar
Bergembira = galumbira
Bergoyang = Ngageol, Ngagitek
Berkaitan = Patali
Berkelahi = Gelut
Berkilau = Mencrang
Besar = Ageung, Gede, Badag
Besi = Beusi
Besok = Enjing, Isuk
Besok Lusa = Pageto
Betet = Ekek
Betis = Bitis, Wetis
Bibir = Lambey, Biwir
Bidang = Widang
Bilangan = Wilangan
Bintang = Bentang
Biru = Bulao
Bisa = Tiasa
Bisa kenalan gak = Tiasa wanoh teu
Bodoh = Bodo, Boloho
Bra = Kutang, Beha
Buka = Muka
Bukan = Sanes, Lain
Bukit = Gugunungan
Bulan = Sasih (Almanak), Bulan
Bulan Sabit = Bulan Sapasi
Bumi = Dunya
Burung = Manuk
Burung Hantu = Bueuk

C
Cabang = Cagak
Cabe = Cabe
Capung = Papatong
Cari = Teang, Pilari, Neang ; Mencari = Milari, Neangan
Celana = Lancingan, Calana
Celurit = Arit
Cicak = Cak cak
Coba = Cobi ; Mencoba = Nyobian, Nyobaan, Ngajaran
Cobek = Coet
Cubit = Ciwit
Cuci = Wasuh, Ngumbah
Cuci Baju = Nyeuseuh
Cuci Piring = Kukumbah Piring
Cukup = Cekap
Cuma/Saja = Mung, Ngan

D
Dada = Dada, Payun
Dagu = Gado, Angkeut
Dahaga = hanaang
Dahi = Taar, Tarang
Danau = Situ
Dari = Ti
Dari Tadi = Titadi
Darimana = Kawit, Timanten
Datang = Dongkap, Sumping, Mulang, Balik (bahasa kasar)
Dekat = Caket, Deukeut
Delapan = Dalapan
Dengan = Sareng, Eujeung
Depan = Payun, Hareup
Desa = Lembur
Dia = Manehna
Dikesampingkan = Disingkahkeun
Dingin = Tiis (benda), Tiris (suhu)
Dompet = Loket
Dua = Dua
Dua Belas = Dua Belas
Dua Puluh Lima = Salawe
Duda = Duda
Dulu = Heubeul ; Dahulu = Baheula
Dunia = Dunya

E
Elang = Heulang
Elus = Usap
Empat = Opat
Enam = Genep

G
Gabung = Rampak
Gadis = Parawan
Garam = Uyah
Garuda = Dadali
Garuk = Garo
Gatal = Ateul
Geli = Getek
Gelitik = Eleketek
Gembira = Gumbira
Gemuk = Bayuhyuh
Gerah = Hareudang, Kareunang
Gergaji = Ragaji
Gerobak = Gorobak
Gigi = Waos, Huntu
Gila = Gelo, Teu Eucreug
Golok = Bedog
Gula = Gula

H
Habis = Seep, Beak ; Menghabiskan = Nyeepkeun, Meakeun
Hangat = Haneut
Hari = Dinten, Poe
Harimau = Maung
Hebat = Edun
Hewan = Sasatoan
Hidung = Pangambung, Irung
Hijau = Hejo
Hisap = Seuseup
Hitam = Hideung
Hitam Legam = Hideung Lestreng
Huruf = Aksara
Hutan = Leuweung
Hutan Gundul = Leuweung Carengcang
Hutan Rimba = Leuweung Geledegan

I
Ibu = Pun Biang, Indung
Ibu Jari = Jempol
Ijin = Widi ; Diijinkan = Diwidian
Ikan = Lauk
Ilmu = Elmu
Ingat = emut/inget
Ingin = Hoyong, Palay, Hayang
Ingkar Janji = Jangji Sulaya
Istri = Garwa,Pun Bojo, Pamajikan
Itik = Meri
Itu-itu juga = Eta-eta keneh
Iya = Muhun, Sumuhun

J
Jadi = Janten ; Sedang Terjadi = Lumangsung
Jahil = Jail
Jahit = Kaput ; Menjahit = Ngaput
Jalan (benda) = Galur
Jalan (kerja) = Papah, Leumpang
Jam Berapa = Tabuh Sabaraha
Jam berapa sekarang = Tabuh sabaraha ayeuna
Janda = Randa
Janda Kembang = Randa Bengsrat
Janji = Jangji
Jari = Ramo
Jari Manis = Jarhiji
Jari Telunjuk = Curuk
Jari Tengan = Panengah
Jauh = Tebih
Jelas = Eces ; Menjelaskan = Ngaceskeun
Jelek = Awon, Butut
Jemari = Ramo, Reuma
Jendela = Jandela
Jengkel = Keuheul
Jepit = Capit
Jidat = Tarang, Taar
Jijik = Geuleuh
Jilat = Letak, Lamot
Jitak = Teke
Jurang = Gawir

K
Kabarnya gimana baik = Kumaha damang
Kaget = Soak, Reuwas
Kain = Layon, Kaen
Kakak = Raka, Lanceuk, Pun Lanceuk
Kakak Ipar = Dahuan
Kakek = Aki
Kaki = Sampean, Suku
Kalah = Kawon, Eleh, Keok
Kalian = Aranjeun, Maraneh
Kambing = Embe
Kami/Kita = Urang
Kamu = Anjeun, Hidep, Maneh (bahasa kasar)
Kanan = Katuhu
Kandang = Kurung
Kapan = Iraha
Karet Penghapus = Panghapus
Kasian = Karunya, Deudeuh
Katak/Kodok = Bangkong
Kawin = Nikah
Kayak/Seperti = Siga
Kayaknya = Sigana
Kayu = Kai
Kebahagiaan = kabagjaan
Kecil = Alit, Leutik
Kecoa = Cucunguk
Kelakar = Ngabodor
Kelingking = Cingir
Keluarga = Kulawarga
Kemarin = Kamari
Kemarin Lusa = Mangkukna
Kemauan = Kahoyong, Kahayang
Kenyak = Wareg
Kepala = Mastaka, Hulu, Sirah
Keras = Teuas ; Mengeras = Ngabagel, Neuasan
Kerbau = Munding
Keringat = Kesang
Kerja = Damel, Gawe ; Pekerjaan = Padamelan, Pagawean
Kertas = Keretas
Kesana = Kaditu
Kesini = Kadieu
Ketek = Kelek, Ingkab
Ketel = Katel
Ketika/Saat = Basa, Waktos
Kira-kira = Kinten-kinten
Kiri = Kenca
Kolam Ikan = Balong
Kolam Lumpur = Leuwi
Kota = Dayeuh
Kota Pinggiran = Pasisian
Kucing = Ucing
Kuku = Kuku, Tanggay
Kumis = Kumis, Rumbah
Kuning = Koneng
Kunyit = Koneng
Kupu kupu = Kukupu
Kura-kura = Kuya
Kurang = Kirang
Kursi = Korsi
Kurus = Peot
Kutilang = Cangkurileung
Kutu busuk = Tumbila

L
Lagu = Tembang, Kawih, Langgam
Lain = Sanes, Sejen
Lainnya = Sejena
Lalat = Laleur
Lama = Heubeul (barang), Lami, Lila
Lapang = Tegal
Lapangan = Tegalan
Lapar = lapar
Lari = Lumpat
Layang-layang = Langlayangan
Lebih = Langkung, Leuwih ; Melebihi = Alabatan
Leher = Tengek, Beuheung
Lemah = Leuleus
Lemari = Lomari, Almari
Lempar = Baledog
Lidah = Letah
Lihat = Ningal , Tempo ; Kelihatan = Katembong
Lima = Lima
Luas = Lega
Lucu = Pikaseuriuen
Lumpur = Leutak
Lupa = Hilap
Lutut = Tuur
Lutut = Tuur = Dengkul

M
Maaf = Hapunten, Hampura
Main = Ameng, Ulin
Makan = Tuang (untuk orang lain) , Neda (untuk diri sendiri), Dahar (bahasa kasar)
Malam = Wengi / Peuting
Malas = Hoream
Mancung = Bangir
Mandi = Ibak, Mandi
Manis = Amis
Manis Sekali = Kareueut
Masa = Maenya, Piraku
Masalah = Perkawis, Mas alah
Masih ada = Aya Keneh
Mata = Soca, Panon
Mata Hari = Panon Poe
Mata kaki = Mumuncangan
Mau = Hoyong, Kersa
Mau makan dengan saya = Kersa tuang sareng abdi
Mau Menanyakan = Bade tumaros
Melamun = Ngimpleng, Ngalamun
Melarang = Nyaram, Nyarek
Membangun = Ngawangun
Membuka Rahasiah = Ngabolekerkeun
Memutuskan = Mutuskeun
Menakut-nakuti = Nyingsieunan
Menang = Kenging, Meunang
Menantu = Minantu
Menanyakan = Naroskeun, Tumaros
Mencair = Le eh
Mengenai = Ngenaan
Mengenang = Mieling
Menggaruk = Gagaro, Ngagaro
Menggigil = Ngadegdeg, Ngahodhod
Menginap = Mondok
Mengingat = ngemut
Menjawab = Ngawaler
Menunggu = Ngantosan, Ngadagoan
Menyaksikan = Nyiksenan
Menyerupai = Mangrupakeun
Menyesal = Kaduhung
Merah = Beureum
Merasa = Rumaos, Ngarasa
Merasa = Rumaos, Ngarasa
Merayakan = Ngareah-reuah
Mereka = Maranehna
Merem = Peureum
Merinding = Muringkak
Merpati = Japati
Mertua = Mitoha
Merupakan = Mangrupa
Minum = Eueut, Nginum
Mo-nyet = Wanara
Muda = Anom, Ngora
Mudah = Gampil, Babari, Enteng, Gampang
Mungkin = Panginten, Meureun

N
Naik = Naek ; Menaiki = Nerekel
Nama = Nami, Wasta, Ngaran
Namanya Siapa = Namina Saha
Nangis = Ceurik
Narik = Metot
Nenek = Nini
Ngantuk = Tunduh
Ngilu = Linu
Ngomong = Nyarios
Nyala = Hurung
Nyamuk = Reungit
Nyanyi = Ngalanggam, Ngawih
Nyapu = Sasapu

P
Padam = Pareum
Pagi = Enjing-enjing, Isuk-isuk
Pagi Buta = Janari
Paha = Pingping
Panas = Panas
Panjang = Panjang
Pantat = Imbit, Bujur
Parit = Solokan
Pasir = Keusik
Payudara = Susu, Pinarep
Pelangi = Layung
Peluk = Keukeup ; Dipeluk = Dikeukeupan
Pematang Sawah = Galengan
Pemerintah = Pamarentah
Pemukul = Paneunggeul
Pendek = Beke, Pendek ( Ukuran tubuh )
Pendek = Pondok
Pengantin = Panganten
Penitih = Panitik
Pensil = Patlot
Penyakit = panyawat
Pepohonan = Tatangkalan
Peralatan = Parabot
Perasaan = Raraosan
Pergi = Angkat, Mios, Indit
Perjaka = Bujangan
Perkenalkan = Nepangkeun
Permisi = Punten
Perut = Patuangan, Beuteung
Pesek = Pegek
Piknik = Pelesir
Pinggang = Cangkeng, Angkeng
Pinggiran Rumah = Pipir
Pintar = Pinter
Pintu = Panto
Pipi = Damis, Pipi
Pipit = Piit
Pisau = Peso
Plastik = Palastik
Pohon = Tangkal
Polisi = Pulisi
Pria = Pameget, Lalaki
Pukul = Teunggeul
Pulang = Mulih, Uih, Balik
Punggung = Tonggong
Pusat = Puseur
Putih = Bodas

R
Rambut = Buuk
Rangkul = Tangkeup
Rawa = Ranca
Rawit = Cengek
Remaja = Wanoja, Rumaja
Rias = Dandan
Ribut = Pasea
Rindang = Hieum
Ruangan = Rohangan
Rumah = Rorompok, Bumi, Imah
Ruwet = Rungsing

S
Sahabat = Sobat
Sahabat Dekat = Sobat Dalit
Sakit = nyeri, Kasakit ; Penyakit = Panyakit
Salah = Lepat, Teu Leres
Sama = Sami, Sarua ; Sesama = Papada
Sambal = Sambel
Sambat = Nyambat
Sambit = Sabet, Kadek
Sampah = Runtah
Sana = Ditu ; Sebelah Sana = Palih Ditu
Sandal = Sendal
Sandal Jepit = Sendal Capit
Sandar ber-hak = Kelom
Sapu Ijuk = Sapu Injuk
Sapu Lidi = Nyere
Saring = Ayak
Saringan = Ayakan
Satu = Hiji
Satu Juta = Sajuta
Satu Ribu = Sarebu
Saudara = Baraya, Dulur
Saya = Abdi, Kuring, Urang, Uing, Aing
Sayang = nyaah
Sayap = Jangjang
Sebagian = Sapalih, Sawareh
Sebaliknya = Sabalikna
Sebelah = Sapalih, Sabeulah
Sebelahan = Gigireun
Sebelas = Sabelas, sawelas
Sebut = Nyebat ;Menyebutkeun = Nyebatkeun
Sedang = Nuju
Sedang sakit = udur
Sedih = tunggara
Sehat = Walagri
Sekarang = Ayeuna
Selangkangan = Palangkakan
Selokan/Parit = Solokan
Semacam = Sarupaning
Semangat = Sumanget
Sembilan = Salapan
Sempit = Heureut
Semua = Sadaya, Kabeh
Semut = Sireum
Senang = bungah
Sepatu = Sapatu
Sepuluh = Sepuluh
Sepuluh Ribu = Sapuluh Rebu
Serak (suara) = Peura
Seratus = Saratu
Seratus Ribu = Saratus Rebu
Seribu = Sarebu
Siang = Siang, Beurang
Siapa = Saha
Silakan = Mangga
Silau = Serab
Singlet = Kaos Sangsang
Sini = Dieu ; Sebelah Sini = Palih Dieu
Sisa = Sesa ; Menyisakan = Nyesakeun
Sisi = Gigir
Sobek = Soweh, Sowek
Sore = Sonten
Suami = Caroge, Salaki
Sudah = Parantos, Atos, Enggeus
Sudah Lama tinggal di sini = Tos lami linggih di dieu
Sudah makan belom = Tos tuang teu acan
Sungai = Susukan
Susah = Sesah, Hese

T
Tadi = Tadi
Tahi Lalat = Karang
Takut = Sieun
Tampar = Cabok, Gampleng, Tampiling
Tanah = Taneuh
Tanah Lapang = Tegalan
Tanda = Tanda ; Menandakan = Nandakeun
Tangan = Panangan, Leungeun
Tangga Bambu = Taraje
Tapian = Nyiru
Tau = Terang, Uninga, Nyaho
Tegel = Tehel
Teguh = Panceg
Telapak Tangan = Dampal Leungeun
Telat = Laat
Telinga = Cepil, Ceuli
Teman = Rerencangan, Babaturan
Temu = Pendak, manggih ; Ketemu = Kapendak, Kapanggih
Tentang = Perkawis
Teras = Tepas
Terbaha-bahak = Nyakakak, Ngabarakatak
Terbaik = Nyongcolang
Tergoda = Kagoda
Teringat-ingat = Kasuat-suat
Terkam = Kerekeb, Gabrug
Terkena Petir = Kabentar Gelap
Termasuk = Kalebet, Kaasup
Tersengat Listrik = Kasetrum
Tersenyum = Imut
Tersesat = Kasasab
Tertawa = Seuri
Tiang = Tihang
Tidak = Henteu
Tidak Akan = Moal
Tidak Mau = Alim, Teu Hoyong, Embung
Tidak Tau = Duka, Teu Terang, Teuing
Tidur = Kulem, Bobo, Sare (bahasa kasar)
Tiga = Tilu
Tikus = Beurit
Tinggal dimana = Linggih dimana
Tinggalnya dimana = Linggih Timanten
Tinggi (Tempat ) = Luhur
Tinggi (Ukuran Tubuh) = Jangkung
Tiri = Tere
Tolong = Bantos, Tulung ; Pertolongan = Bantosan, Pitulung
Topi = Kerepus, Topi
Tua = Sepuh, Kolot
Tujuh = Tujuh

U
Tusuk = Tojos
Uang = Artos, Duit
Uang Logam = Receh, Kencring
Uban = Huis, Salatu
Udel = Bujal
Ular = Oray
Ulat = Hileud
Ulekan = Mutu
Untuk (Kegunaan) = Paranti

Untuk = Pikeun, Kanggo, Jang
Urakan/Norak = Kampungan
Usia = Yuswa, Umur

W
Wajah = Raray, Beungeut
Wanita = Mojang, Istri, Awewe
Waria = Banci, Bencong
Warna = Kelir

Y
Ya = Muhun, Heueuh
Yang = Anu
Yang Dipakai = Anu Dianggo, Nu Dipake

sejarah Angklung budaya sunda

Angklung bukan sekedar bambu tapi alat musik yang memiliki alunan suara yang sangat merdu, angklung khas musik sunda ini memiliki daya tarik tersendiri karena terbuat dari bambu berpadu dengan nilai seni yang ada. Alat musik ini sudah berpetualang ke berbagai negara sehingga sangat terkenal, berkat pendirinyalah angklung banyak dilirik orang asing maka dari itu Padepokan saung angklung Udjo selalu menjadi tempat kunjungan wisatawan luar negeri maupun dalam negeri. Saung angklung Udjo yang telah memberikan warna bagi budaya sunda sehingga angklung bisa dinikmati sampai sekarang oleh para pecinta angklung.

angklun sunda
Memang alat musik ini sangat bagus untuk dinikmati terlebih angklung bisa mengiringi lagu-lagu yang berirama, sunda, dangdut, pop, india, ala barat maupun arab. Jadi angklung ini sangat menyesuaikan sekali walaupun alat musiknya terbuat dari bambu yang benar-benar sangat alami. Pokoknya tiada duanya dan sangat bagus untuk dinikmati tanpa memandang usia, untuk siapa saja boleh menikmatinya.

Jadi kalau orang sunda sendiri nggak mau merawat budayanya janganlah heran dan menyesal seperti kejadian kemarin yang hangat diperbincangkan antara Indonesia dan Malaysia tentang angklung. Kalaulah merasa pewaris tunggal marilah jaga dengan cara apapun, kenalkan budaya kita sejak dini agar budaya kita langgeng sampai akhir khayat. Mungkin sangat menarik sekali jika angklung mengiringi band indonesia, terlebih banyak group band yang lahir dari Bandung tapi tidak ada satupun musik atau lagunya diiringi oleh angklung. Pada dasarnya harus dimulai dari rasa ingin memiliki dan mencintai budaya itu sendiri. Menyelamatkan budaya sendiri itu lebih bagus daripada mengkonsumsi budaya orang yang tidak jelas sehingga dapat menggeser perkembangan budaya bangsa ini. Tapi kita juga tidak boleh menutup rapat tentang hal itu, pada intinya kita boleh menerima budaya orang dan ambillah yang baiknya saja sehingga dapat memahami satu sama lain.

Budak Jalanan kusrian

Ceuk batur mah
Kuring teh budak jalanan
Gawe ukur ngamen
Dina kandaraan
Sabenerna hate ngarasa nalangsa
Puguh hirup ragap taya
Kolot teu apal dirupa
Jeung deui duka di mana

Mun panas….
Kapanasan…
Mun hujan…
Kahujanan…

Mun reup peuting ngadon sare di emperan
Da puguh hirup di jalan
Hanteu boga petempatan
Pikeun pangbalikan

Timana…timana.. atuh timana
Diri kuring timana atuh asalna
Kumaha…kumaha.. atuh kumaha
Diri kuring na kumaha mimitina
Ya Allah paparin abdi pituduh
Na dimana kolot abdi teh ayeuna.

Es Lilin

Es lilin mah didorong-dorong
dibantun mah dibantun ka Sukajadi
abdi isin ceuceu samar kaduga
sok sieun mah aduuh henteu ngajadi

Es lilin mah ceuceu buatan Bandung
dicandakna geuningan ka Cipaganti
abdi isin jungjunan duh bararingung
sok inggis mah aduuh henteu ngajadi

Itu saha dunungan nu nungtun munding
digantelan geuning ku saputangan
itu saha dunungan ku ginding teuing
sing horeng mah aduh geuning jungjunan

Es lilin mah ceuceu dikalapaan
raosna mah geuningan kabina-bina
abdi alim dunungan paduduaan
sok sieun mah dibantun kamana-mana

Kamana mah dunungan ngaitkeun cingcin
ka kaler mah aduuh katojo bolat
kamana mah dunungan ngaitkeun pikir
sakieu mah aduuh panas hatena.

lirik Mojang Priyangan nining maida

Mojang Priyangan nining maida

Angkatna ngagandeuang
Bangun taya karingrang
Nganggo sinjang dilamban
Mojang priyangan.

Umat-imut lucu
Sura Seuri nyari
Lara-lirik keupat
Mojang Priyangan

* 2 (x)
Diraksukan kabaya
Nambihan Cahayana
Dangdosan sederhana
Mojang priyangan

Mojang anu donto
matka sono nu nempo
Mun tepung sono ka…
Mojang priyangan ( balik ke atas*)

Gareulis maranis
Disinjang lalenjang
Estu surup nu nempo
Mojang priyangan… mojang priyangan…
Mojang priyangan…

lirik lagu Mega Sutra

Mega sutra di langit pantai carita
Bodas nyacas dipulas endahna rasa
Saksi asih dina munggaran carita
Waktu urang nepungkeun geuteurna cinta

Dina dada aya rasa
Dina rasa aya bagja
Ngagalura ibarat ombak sagara
Di sisi basisir
Laut pantai carita
Nya didinya urang teh wakca balaka

Mega sutra di langit pantai carita
Bodas nyacas dipulas katineung rasa
Saksi asih mekarna hareupan cinta
Poe isuk muga laksana paneja
Mega sutra….
Di langit pantai carita

Kabogoh Jauh darso

Boga kabogo jauh
Mentas laut leuweung gunung
Tapi apel teu bingung
Cukup hallo na telepon

Kuring di pulau jawa
Manehna pulau sumatera
Lamun malam mingguan
Mojok via SMS-an

Jelema palinter
Dunya beuki maju
Najan urang pajauh
Bisa ngobrol unggal waktu

Tiap SMS-an atawa nelepon
Teu jadi pikiran
Kajeun pulsa kabobolan
Nu penting mah bisa ngobrol jeung manehna

Boga kabogo jauh
Meuntas laut leuweung gunung
Tapi apel teu bingung
Cukup hallo na telepon…..

lirik lagu darso Amparan Sajadah

Dina amparan sajadah
Abdi sumujud pasrah
Diri nu lamokot ku dosa
Nyanggakeun sadaya-daya

Dina amparan sajadah
Abdi sumujud pasrah
Mundut pangampura Gusti
Ya Allah Robbul Izzati

Taya deui panglumpatan
Taya deui pamuntangan
Mung Allah Pangeran Abdi
Pangeran anu sajati

Belajar Bahasa Sunda Itu Mudah

Siapa mau pasti bisa artinya ketika ada kemauan atau keinginan dilakukan dengan niatan pasti akan bisa dan mudah didapatkan. Kata siapa belajar bahasa sunda itu sulit? Katakanlah sejujurnya apabila ingin belajar sungguh-sungguh semuanya akan lancar-lancar saja. Nah, kalau ingin belajar bahasa tersebut mendingan terjun langsung ke daerah yang mayoritas berbahasa sunda atau berkenalan dengan orang sunda karena itu akan memudahkan kita. Pengalaman saya dulu kalau nelpon teman sering menyelipkan bahasa sunda itu sampai satu kata atau beberapa kata, ya barangkali karena saya orang sunda agak ceplas ceplos kesundaannya artinya selalu bercampur aduk dalam berbicara. Kemudian suatu hari bertanya kepada teman saya tersebut “siapa yang mengajari kamu bahasa sunda” dia menjawab “bukannya kamu kang setiap menelpon suka ada bahasa sundanya” saya terkejut sambil tertawa, kok bisa ya?. Tak disangka teman saya itu suka buka kamus sunda juga setelah telponan sama saya.

Memang agak lucu kedengarannya memakai bahasa Indonesia dicampur bahasa sunda, misalkan begini “Kamu teh asal mana” maksudnya “Kamu berasal dari mana” atau “ Yang baju merah kadie atuh” maksudnya” Yang baju merah kesini sajalah”. Memang agak merusak kedua bahasa tapi itu akan membantu sekali untuk orang yang lagi belajar.

Contoh kalimat bahasa Indonesia Sunda di bawah ini:
Saya mencintaimu = Abdy bogoh ka maneh
Itu bayi siapa yang nangis = Eta orok saha nu ceurik
Ini harga baju berapa = Ieu harga acuk sabaraha
Mau apa kesini kamu = Bade naon kadie maneh
Anak siapa yang ganteng = Murangkalih saha nu kasep
Bisa kenalan nggak = Tiasa wanoh teu

Tidak susah kok belajar bahasa sunda karena dari pengucapannya pun tidak sesusah bahasa jawa yang agak rumit tapi keduanya mempunyai kosakata yang kaya. Di zaman serba modern ini banyak cara untuk belajar dan mendapatkan keinginan agar mudah tercapai, coba saja pembaca belajar sunda lewat teman chating (YM) atau teman facebook karena disitu juga bisa menambahkan pembendaharaan kata yang lumayan bagus. Saya sendiri masih belajar bahasa sunda karena masih banyak yang belum dimengerti dari kosakata yang halus/tidak kasar.

Kalau mau belajar sunda bisa masuk forum detik atau di sundablog pasti akan cepat bisa yang pasti tidak boleh ada kata menyerah. Siap-siap saja barangkali bahasa sunda akan menjadi bahasa kelima dunia..he..he..he kesepuluh juga belum tentu, tapi menurut saya lebih baik tahu daripada nggak. Selamat mencoba dan selamat belajar.
sumber:http://pasundanboleh.wordpress.com

nomber telepon penting kabupaten ciamis


ebakaran : 113: (0265) 772993
Stasion KA Ciamis : (0265) 771037
RSUD Ciamis   : (0265) 777000
Polres Ciamis    : (0265) 774444
Polsek Ciamis   : (0265) 772071
Kodim Ciamis   : (0265) 771180
PLN Ciamis       : (0265) 771119
PDAM Ciamis   : (0265) 774477
UPTD Pemadam K

 
Copyright © 2014 paguyuban urang ciamis. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by Creating Website and CB Blogger